Aku

Aku

Kamis, 13 Desember 2012

Flowchart budget kas dan pengeluaran kas perusahaan manufacture



Siklus produksi berkaitan dengan proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi. Aktivitas produksi bermula dengan permintaan bahan baku dan bahan-bahan lainnya untuk diproses dalam pabrik dan diakhiri dengan penyerahan produk ke gudang. Dalam siklus ini terjadi interaksi antara jasa-jasa tenaga kerja, peralatan produksi, bahan baku dan pembantu yang akan diolah menjadi produk baru yang mempunyai nilai guna lebih tinggi.
Komponen persediaan terdiri dari : persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah jadi (persediaan prosuk dalam proses), persediaan produk jadi dan persediaan supples. Keempat kategori persediaan tersebut terbentuk dalam perusahaan manufaktur. Komposisi dalam perusahaan dagang ataupun perusahaan jasa akan berbeda dengan perusahaan manufacturing. Apapun bentuk perusahaan klien prosedur dan teknik yang digunkan dalam pemeriksaan pada dasarnya akan sama. Masalahnya dalam perusahaan manufacturing pemeriksaan produk  dalam proses munkin lebih rumit. Hal ini mengingatkan untuk mengetahui berapa komposisi penyelesaian suatu produk diperlukan justifikasi dari para ahli untuk menentukan berapa besarnya tingkat penyelesaian suatu produk.
Pencataan transaksi akutansi biaya bermula dari penyerahan bahan baku dan pembantu diakhiri dengan penyerahan produk yang diselesaikan digudang. Hal ini berbeda dengan pendekataan dalam pengauditan, yang membagi aktivitas audit dalam beberapa siklus audit.  Transaksi pencatatan pembelian bahan diaudit melalui siklus pembelian; transaksi yang mempengaruhi tenaga kerja langsung dan overhead pabrik diaudit melalui siklus jasa-jasa tenaga kerja; transaksi yang mempengaruhi pencatatan produk dalam proses, pesediaan produk jadi dan produk dalam proses diaudit melalui siklus produksi; dan transaksi yang membentuk kos produk terjual dan piutang dagang diaudit melalui siklus pendapatan. 


FUNGSI-FUNGSI YANG TERKAIT

1.    Perencanaan dan Pengendalian Produksi, fungsi ini bertanggung jawab untuk menyusun rencana produksi dan pengendaliannya. Semua perintah produksi yang dikeluarkannya mengunakan formulir bernomor urut bercetak didasarkan pada pesanan dari para pelanggan. Perintah produksi dilengkapi produk lainya. Apabila produk ini di dasarkan kepada pelanggan. Dalam hal ini, bagian PPC bertanggung jawab pula terhadap penggunaan bahan dan waktu kerja, dan melakukan penelusuran kemajuan penyelesaian pesanan sampai produk yang dipesan benar-benar selesai.
2.    Pengeluaran bahan baku, fungsi ni melaksanakan pengeluaran bahan berdasarkan dokumen yang dibuat bagian PPC yang disebut material requisition slips. Dalam slip ini dijelaskan mengenai jenis barang yang dibutuhkan, berapa banyak barang yang dibutuhkan, untuk pesanan nomer berapa, dan untuk departeman mana barang-barang tersebut digunakan, serta siapa penanggung jawab terhadap pengguna bahan tersebut.
3.    Pemrosesan produk dalam departemen produksi, pemrosesan suatu produk ditangani oleh para pekerja dan dicatat dalam time tickets. Dokumen ini diperiksa oleh supervisor(mandor) dan harus dicocokan oleh data yang ada dalam kartu hadir untuki menegaskan kebenaran apayang dikerjakan oleh para pekerja pabrik. Apabila produk telah diselesaikan dan telah diperiksan oleh supervisor yang bertanggung jawab, maka produk tersebut segera dikirim ke departemen berikut dengan tanda penerimaannya.
4.    Penyerahan produk yang sudah diselesaikan ke gudang produk jadi, fungsi ini terkait dengan penyerahan produk selesai di gudang produk jadi. Semua penyerahan produk selesai ke gudang diakhiri dengan penerimaan produk tersebut dengan diserta tanda penerimaan dengan membubuhkan tanda tangan pejabat gudang pada moving tickets.
5.    Perlindungan terhadap persediaan produk yang sedang diproses, semua bahan-bahan yang berada di pabrik adalah bahan-bahan yang mudah dicuri dan rusak. Smua barang-barang tersebut harus diamankan dengan baik, yang oleh karenanya orang-orang yang berhubungan dengannya harus dibatasi. Perlindungan terhadap produk dalam proses dilengkapi dengan fasilitas untuk mengadakan pengawasan tempat produksi oleh para pengawas dan satuan pengamanan pabrik.
6.    Pembebanan dan pencatatan kos produk yang diselesaikan, fungsi ini berkaitan dengan aktivitas berikut:
o   Pembebanan bahan baku langsung dan buruh langsung kepada produk dalam proses
o   Penentuan biaya overhead pabrik kepada produk dalam proses
o   Penyerahan kos diantara departemen produksi
o   Penyerahan kos produk terselesaikan kepada produk selesai
7.    Pemeliharaan kebenaran saldo persediaan, fungsi ini berkaitan dengan aktivitas pengecekan oleh orang yang independen terhadap persediaan bahan, produk dalam proses dan produk jadi dengan buku besar yang berhubungan dengannya.



CONTOH FLOWCHART PERUSAHAAN DAGANG :

rizkiyahkiki.blogspot.com/.../flowchart-budget-kas-dan-pengeluaran...

Minggu, 25 November 2012

Siklus Penerimaan (PT. Kimia Sukses Selalu)


1.      Gambaran Umum Sistem Penerimaan PT Kimia Sukses Selalu
            Sistem Penerimaan  (Revenue Cycle) PT. Kimia Sukses Selalu merupakan serangkaian aktivitas operasi rutin bisnis perusahaan yang berubungan dengan penjualan barang yang diproduksi (bahan-bahan kimia) oleh perusahaan untuk mendapatkan pendapatan kas sehigga mampu membiayai aktivitas operasi perusahaan lainnya.
2.      Siklus Penerimaan  PT. Kimia Sukses Selalu
Siklus Penerimaan digambarkan pada gambar 4.1  berikut menggunakan DFD (Data Flow Diagram) dan lebih jelasnya pada gambar 4.2 dengan menggunakan diagram alur (flowchart).

Siklus Penerimaan PT. Kimia Sukses Selalu


Gambar 4.1  DFD Sistem Penerimaan PT. Kimia Sukses Selalu






Revenue cycle (General Ledger) PT. Kimia Sukses Selalu



Gambar 4.2    Flowchart Sistem Penerimaan  PT. Kimia Sukses Selalu

Keterangan Flowchart :
Sistem Penerimaan PT. Kimia Sukses Selalu dimulai dari datangnya Purchase Order (PO) dari pelanggan ke perusahaan yang diterima oleh Customer Sales Representative (CSR) perusahaan dalam bentuk dokumen asli, fax, ataupun email. PO yang datang kemudian dilihat dan diperiksa kelengkapannya seperti tanda tangan pemesan dan cap pelanggan serta Credit Limit, Gross Margin, dan Nilai Ordernya apakah masuk akal atau tidak.
Credit limit dibutuhkan untuk melihat apakah seorang customer memiliki piutang (kredit) melebihi batas piutangnya atau tidak. Apabila pelanggan tersebut memiliki piutang lebih daripada yang dibataskan, maka staf CSR akan meminta otorisasi dari Sales Manager. Kemudian Gross Margin adalah selisih antara harga pokok barang dengan floor price dalam persentase. Gross margin tersebut berbeda-beda bagi setiap barang karena  sebagian besar transaksi perusahaan adalah transaksi yang jumlahnya tergolong besar sehingga perusahaan harus dapat fleksibel untuk setiap pelanggannya.  Jika persentase Gross margin lebih rendah dari yang sudah ditentukan (harga jual kepada pelanggan dibawah floor price) , maka staf CSR akan meminta otorisasi dari Sales Manager. Atau lebih ekstrem lagi apabila terjadi Negative Gross margin (harga jual lebih rendah daripada harga pokok barang), maka staf CSR akan meminta otorisasi kepada Direktur Marketing. Sedangkan Nilai Sales Order akan berhubungan dengan proses selanjutnya yakni dalam proses pembuatan dokumen Sales Order.

 
Nilai Sales Order ditentukan minimum sebesar dua juta rupiah  Apabila Nilai Sales Order ternyata kurang daripada dua juta rupiah maka staf CSR juga akan meminta otorisasi kepada Sales Manager. PO dari pelanggan tidak dicatat oleh CSR kedalam catatan atau dokumen yang resmi. PO yang telah selesai diperiksa oleh bagian CSR akan diarsip rapi menurut nama pelanggan.
Bagian CSR yang menerima PO dari pelanggan kemudian akan menghubungi bagian Gudang dengan telepon dan  bagian CSR akan mengirimkan email yang berisi pesanan apa yang datang, pelanggannya siapa dan berapa jumlah pesanannya. Staf Gudang yang menerima pesanan dari CSR segera mempersiapkan barang yang dimaksud. Pertama kali staf Gudang akan mengecek ke dalam Catatan Gudang apakah barang yang dimaksud tersedia didalam Gudang atau tidak. Setelah barang yang dipesan tersedia kemudian staf Gudang akan membuat Delivery Order (DO) lima rangkap. DO ini diberikan nomor secara urut (tetapi tidak prenumbered) dimana PO yang datang lebih dahulu akan mendapatkan nomor DO terlebih dahulu pula. Apabila ternyata DO yang telah dicetak ternyata salah, maka akan dicetak ulang dengan nomor DO yang sama dengan sebelumnya dan DO yang lama akan disobek-sobek. DO yang telah dicetak akan diotorisasi oleh manajer Gudang kemudian diperiksa dengan barang yang akan dikirimkan kepada pelanggan. Dari lima lembar DO yang dicetak dan diotorisasi, hanya empat lembar yang akan dikirimkan kepada pelanggan bersama barang oleh transportir /kurir. Lembar pertama (Bukti tanda terima langganan), lembar kedua (Bukti Pengeluaran Barang), lembar ketiga (Surat Penagihan Angkutan), dan lembar keempat (Surat Pengantar) yang akan dikirimkan kepada pelanggan. Sedangkan lembar kelima DO (Salinan Bukti Pengeluaran Barang) akan disimpan oleh bagian Gudang sebagai arsip.
Transportir/kurir yang mengantarkan barang akan meminta tanda tangan dari pelanggan dan membawa kembali lembar kedua, ketiga, dan keempat saja ke perusahaan. DO yang kembali ke perusahaan akan diterima oleh bagian Billing perusahaan. Bagian Billing akan memeriksa kembali apakah DO yang kembali telah dibubuhi tanda tangan pelanggan atau belum. Juga apabila ternyata DO yang kembali rusak atau tidak dapat terbaca isinya, maka bagian Billing akan meminta tanda penerimaan barang kepada pelanggan. Bagian Billing kemudian memberikan lembar ketiga yakni Surat Penagihan Angkutan kepada Kasir untuk dilakukan pembayaran atas pengangkutan barang ke pelanggan. Kedua dokumen DO lainnya akan digunakan bagian Billing untuk membuat Faktur Penjualan (Sales Invoice) dan setelah itu akan digunakan untuk menginput jurnal penjualan dan jurnal pengeluaran barang didalam General Ledger.

Faktur dibuat berdasarkan DO yang kembali sebanyak enam lembar dimana faktur akan diberikan nomor faktur secara urut saja (bukan prenumbered) sehingga apabila faktur yang dicetak ternyata salah, staf Billing dapat dengan mudah mencetak lagi dengan nomor yang sama. Faktur Penjualan terdiri dari lembar pertama (Untuk pembeli BKP/penerima JKP sebagai bukti pajak masukan), lembar kedua (Untuk PKP yang menerbitkan faktur pajak standar sebagai bukti pajak keluaran), lembar ketiga (Untuk KPP dalam hal penyerahan BKP/JKP dilakukan kepada pemungut), lembar keempat (Pelanggan), lembar kelima (Arsip), dan lembar keenam (Arsip). Lembar pertama, keempat dan kelima akan diantarkan kepada pelanggan oleh bagian Billing. Sedangkan lembar kedua akan disimpan perusahaan sebagai bukti pajak keluaran, lembar ketiga akan dikumpulkan dan akan diserahkan kepada KPP setempat, dan lembar keenam akan diarsip bersama dengan dua lembar DO yang kembali menurut urutan nama pelanggan.
Terdapat empat cara yang dapat dilakukan oleh pelanggan untuk membayar piutangnya kepada perusahaan. Keempat cara pembayaran tersebut adalah melalui cek, giro mundur, transfer ke rekening perusahaan dan pembayaran tunai. Dari keempat cara pembayaran tersebut, yang paling sering dipakai adalah pembayaran dengan menggunakan cek.  Sebelum tanggal jatuh tempo, pelanggan akan mengantarkan cek kepada perusahaan yang akan diterima oleh bagian Kasir. Bagian kasir kemudian akan memeriksa keaslian dan membandingkan jumlah cek dengan jumlah yang tertera pada  faktur penjualan. Apabila jumlah yang tertera sama atau kurang sedikit (biasanya pelanggan tidak mau membayar biaya materai) maka kekurangannya akan dihapus saja dan bagian Kasir akan langsung membuat receipt voucher. Apabila pembayaran dilakukan oleh giro mundur, maka staf kasir akan menunggu pembuatan receipt voucher sampai dengan giro mundur tersebut cair. Kemudian kalau pembayaran menggunakan transfer ke dalam rekening perusahaan maka pembuatan receipt voucher dilakukan setelah bagian kasir melakukan pemeriksaan terhadap Rekening Koran (R/K) harian atau Rekening Koran (R/K) bulanan perusahaan. Receipt voucher dicetak satu lembar dimana setelah receipt voucher tersebut dicetak akan ditandatangani oleh Manajer Keuangan yang menyatakan bahwa Faktur Penjualan itu telah dilunasi oleh pelanggan. Receipt voucher juga akan menjadi dokumen bagi bagian Billing untuk memasukkan Jurnal Penerimaan Kas. Setelah jurnal dimasukkan maka receipt voucher akan dikembalikan lagi kepada bagian Kasir untuk diarsip menurut pelanggan.



ando-jefri.blogspot.com/2011/12/siklus-penerimaan.html