1.
Gambaran Umum Sistem Penerimaan PT Kimia Sukses Selalu
Sistem Penerimaan (Revenue Cycle)
PT. Kimia Sukses Selalu merupakan serangkaian aktivitas operasi rutin bisnis
perusahaan yang berubungan dengan penjualan barang yang diproduksi (bahan-bahan
kimia) oleh perusahaan untuk mendapatkan pendapatan kas sehigga mampu membiayai
aktivitas operasi perusahaan lainnya.
2. Siklus
Penerimaan PT. Kimia Sukses Selalu
Siklus Penerimaan digambarkan pada gambar 4.1 berikut menggunakan DFD (Data Flow Diagram)
dan lebih jelasnya pada gambar 4.2 dengan menggunakan diagram alur (flowchart).
Gambar 4.1 DFD Sistem Penerimaan PT. Kimia Sukses Selalu
Revenue cycle (General Ledger) PT. Kimia Sukses Selalu
Gambar 4.2
Flowchart Sistem Penerimaan PT.
Kimia Sukses Selalu
Keterangan Flowchart :
Sistem Penerimaan PT. Kimia Sukses Selalu dimulai
dari datangnya Purchase Order (PO) dari pelanggan ke perusahaan yang diterima
oleh Customer Sales Representative (CSR) perusahaan dalam bentuk dokumen asli,
fax, ataupun email. PO yang datang kemudian dilihat dan diperiksa
kelengkapannya seperti tanda tangan pemesan dan cap pelanggan serta Credit
Limit, Gross Margin, dan Nilai Ordernya apakah masuk akal atau tidak.
Credit limit dibutuhkan untuk melihat apakah seorang
customer memiliki piutang (kredit) melebihi batas piutangnya atau tidak.
Apabila pelanggan tersebut memiliki piutang lebih daripada yang dibataskan,
maka staf CSR akan meminta otorisasi dari Sales Manager. Kemudian Gross Margin
adalah selisih antara harga pokok barang dengan floor price dalam persentase.
Gross margin tersebut berbeda-beda bagi setiap barang karena sebagian besar transaksi perusahaan adalah
transaksi yang jumlahnya tergolong besar sehingga perusahaan harus dapat
fleksibel untuk setiap pelanggannya.
Jika persentase Gross margin lebih rendah dari yang sudah ditentukan
(harga jual kepada pelanggan dibawah floor price) , maka staf CSR akan meminta otorisasi
dari Sales Manager. Atau lebih ekstrem lagi apabila terjadi Negative Gross
margin (harga jual lebih rendah daripada harga pokok barang), maka staf CSR
akan meminta otorisasi kepada Direktur Marketing. Sedangkan Nilai Sales Order
akan berhubungan dengan proses selanjutnya yakni dalam proses pembuatan dokumen
Sales Order.
Nilai Sales Order ditentukan minimum sebesar dua
juta rupiah Apabila Nilai Sales Order
ternyata kurang daripada dua juta rupiah maka staf CSR juga akan meminta
otorisasi kepada Sales Manager. PO dari pelanggan tidak dicatat oleh CSR
kedalam catatan atau dokumen yang resmi. PO yang telah selesai diperiksa oleh
bagian CSR akan diarsip rapi menurut nama pelanggan.
Bagian CSR yang menerima PO dari pelanggan kemudian
akan menghubungi bagian Gudang dengan telepon dan bagian CSR akan mengirimkan email yang berisi
pesanan apa yang datang, pelanggannya siapa dan berapa jumlah pesanannya. Staf
Gudang yang menerima pesanan dari CSR segera mempersiapkan barang yang
dimaksud. Pertama kali staf Gudang akan mengecek ke dalam Catatan Gudang apakah
barang yang dimaksud tersedia didalam Gudang atau tidak. Setelah barang yang
dipesan tersedia kemudian staf Gudang akan membuat Delivery Order (DO) lima
rangkap. DO ini diberikan nomor secara urut (tetapi tidak prenumbered) dimana
PO yang datang lebih dahulu akan mendapatkan nomor DO terlebih dahulu pula.
Apabila ternyata DO yang telah dicetak ternyata salah, maka akan dicetak ulang
dengan nomor DO yang sama dengan sebelumnya dan DO yang lama akan disobek-sobek.
DO yang telah dicetak akan diotorisasi oleh manajer Gudang kemudian diperiksa
dengan barang yang akan dikirimkan kepada pelanggan. Dari lima lembar DO yang
dicetak dan diotorisasi, hanya empat lembar yang akan dikirimkan kepada
pelanggan bersama barang oleh transportir /kurir. Lembar pertama (Bukti tanda
terima langganan), lembar kedua (Bukti Pengeluaran Barang), lembar ketiga
(Surat Penagihan Angkutan), dan lembar keempat (Surat Pengantar) yang akan
dikirimkan kepada pelanggan. Sedangkan lembar kelima DO (Salinan Bukti
Pengeluaran Barang) akan disimpan oleh bagian Gudang sebagai arsip.
Transportir/kurir yang mengantarkan barang akan
meminta tanda tangan dari pelanggan dan membawa kembali lembar kedua, ketiga,
dan keempat saja ke perusahaan. DO yang kembali ke perusahaan akan diterima
oleh bagian Billing perusahaan. Bagian Billing akan memeriksa kembali apakah DO
yang kembali telah dibubuhi tanda tangan pelanggan atau belum. Juga apabila
ternyata DO yang kembali rusak atau tidak dapat terbaca isinya, maka bagian
Billing akan meminta tanda penerimaan barang kepada pelanggan. Bagian Billing
kemudian memberikan lembar ketiga yakni Surat Penagihan Angkutan kepada Kasir
untuk dilakukan pembayaran atas pengangkutan barang ke pelanggan. Kedua dokumen
DO lainnya akan digunakan bagian Billing untuk membuat Faktur Penjualan (Sales
Invoice) dan setelah itu akan digunakan untuk menginput jurnal penjualan dan
jurnal pengeluaran barang didalam General Ledger.
Faktur dibuat berdasarkan DO yang kembali sebanyak
enam lembar dimana faktur akan diberikan nomor faktur secara urut saja (bukan
prenumbered) sehingga apabila faktur yang dicetak ternyata salah, staf Billing
dapat dengan mudah mencetak lagi dengan nomor yang sama. Faktur Penjualan
terdiri dari lembar pertama (Untuk pembeli BKP/penerima JKP sebagai bukti pajak
masukan), lembar kedua (Untuk PKP yang menerbitkan faktur pajak standar sebagai
bukti pajak keluaran), lembar ketiga (Untuk KPP dalam hal penyerahan BKP/JKP
dilakukan kepada pemungut), lembar keempat (Pelanggan), lembar kelima (Arsip),
dan lembar keenam (Arsip). Lembar pertama, keempat dan kelima akan diantarkan
kepada pelanggan oleh bagian Billing. Sedangkan lembar kedua akan disimpan
perusahaan sebagai bukti pajak keluaran, lembar ketiga akan dikumpulkan dan
akan diserahkan kepada KPP setempat, dan lembar keenam akan diarsip bersama
dengan dua lembar DO yang kembali menurut urutan nama pelanggan.
Terdapat empat cara yang dapat dilakukan oleh
pelanggan untuk membayar piutangnya kepada perusahaan. Keempat cara pembayaran
tersebut adalah melalui cek, giro mundur, transfer ke rekening perusahaan dan
pembayaran tunai. Dari keempat cara pembayaran tersebut, yang paling sering
dipakai adalah pembayaran dengan menggunakan cek. Sebelum tanggal jatuh tempo, pelanggan akan
mengantarkan cek kepada perusahaan yang akan diterima oleh bagian Kasir. Bagian
kasir kemudian akan memeriksa keaslian dan membandingkan jumlah cek dengan
jumlah yang tertera pada faktur
penjualan. Apabila jumlah yang tertera sama atau kurang sedikit (biasanya
pelanggan tidak mau membayar biaya materai) maka kekurangannya akan dihapus
saja dan bagian Kasir akan langsung membuat receipt voucher. Apabila pembayaran
dilakukan oleh giro mundur, maka staf kasir akan menunggu pembuatan receipt
voucher sampai dengan giro mundur tersebut cair. Kemudian kalau pembayaran
menggunakan transfer ke dalam rekening perusahaan maka pembuatan receipt
voucher dilakukan setelah bagian kasir melakukan pemeriksaan terhadap Rekening
Koran (R/K) harian atau Rekening Koran (R/K) bulanan perusahaan. Receipt
voucher dicetak satu lembar dimana setelah receipt voucher tersebut dicetak
akan ditandatangani oleh Manajer Keuangan yang menyatakan bahwa Faktur
Penjualan itu telah dilunasi oleh pelanggan. Receipt voucher juga akan menjadi dokumen
bagi bagian Billing untuk memasukkan Jurnal Penerimaan Kas. Setelah jurnal
dimasukkan maka receipt voucher akan dikembalikan lagi kepada bagian Kasir
untuk diarsip menurut pelanggan.
ando-jefri.blogspot.com/2011/12/siklus-penerimaan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar